Pages

Saturday 11 August 2012

Menjadi Guru Sekolah Dasar

menjadi generasi lebih baik

Anda adalah guru sekolah dasar. Suatu hari ada sebuah pertanyaan seperti ini. ‘Mengapa anda menjadi guru sd ?’  Kira-kira jawaban apakah yang akan anda munculkan ?

Mungkin jawaban yang muncul bisa jadi karena senang dengan dunia anak-anak. Atau karena ingin mencerdaskan anak bangsa dengan berbagi  ilmu. Bisa juga jawabannya karena guru sd adalah pekerjaan yang cocok bagi (terutama) perempuan sebab waktunya masih bisa dibagi untuk keluarga. Atau juga mungkin karena ‘hanya’ menjadi guru sd sajalah pekerjaan yang anda bisa dapatkan meskipun sebenarnya latar pendidikan anda bisa pula menjadi dosen misalnya. Bahkan tidak mustahil jawaban daripada menganggur ya menjadi guru saja muncul.
Nah, bagaimana menurut anda bila jawaban-jawaban di atas yang terlintas ?

Sah-sah saja ? Bisa jadi.  Meskipun sebenarnya diakui atau tidak jawaban-jawaban di atas adalah jawaban standar untuk pertanyaan sederhana itu. Jawaban standar di sini bisa diartikan jawaban di atas akan kerap muncul bila diajukan pertanyaan senada kepada para guru. Nyaris seragam.
Kalau memiliki pemikiran seperti ini, lalu kira-kira bagaimana sikap kita dalam keseharian ketika beraktivitas bersama anak-anak ? Akankah bersemangat atau biasa saja ? nothing special. Hanya menjalani dan mengalir saja. 
  
Lalu akan dibawa kemana wajah negeri ini bila garda depan pendidikan dasarnya saja memiliki pola pemikiran seperti itu ? Pola pemikiran yang standar dan ya itu-itu saja dari dulu sampai sekarang. Aktivitas pembelajaran yang terjadipun kemudian menjadi hambar. Tidak ada inovasi. Mengulang kembali metode yang sama dari waktu ke waktu padahal karakteristik anaknya berbeda-beda. Nah, kalau sudah begitu, bagaimana dan kapan bisa menumbuhkan potensi anak secara maksimal ?

Memutuskan menjadi guru atau profesi lainnya, hakekat sebenarnya kita telah memiliki visi tentang pekerjaan yang kita inginkan itu. Ada sebuah tujuan jelas bagaimana menjalani detik demi detik waktu di setiap pekerjaan kita. Ada semacam optimisme dan harapan akan apa yang kita geluti.
Optimisme dan harapan inilah yang menjadikan kita selalu bersemangat dan memiliki energi menjalaninya. Bagaimanapun itu situasi di tempat kita bekerja. Walau tidak dipungkiri akan selalu ada masa naik turun di pekerjaan  namun bisa kita maknai sebagai sebuah harmonisasi dalam kehidupan.

Kadang kita menemui saat-saat kurang menyenangkan. Berselisih paham dengan teman kerja, kebingungan mencari strategi pembelajaran yang cocok untuk anak-anak di kelas, jenuh dengan segala tugas administrasi, belum lagi tuntutan akan ketuntasan materi, dan perilaku-perilaku anak-anak di usia perkembangan.

Dengan adanya harapan akan sebuah generasi yang lebih baik di masa mendatang untuk negeri ini, besar kemungkinan segala kendala diatas bisa kita atasi. Sebagai guru anak-anak di usia perkembangan, usia yang rasa ingin tahu begitu besar, seyogyanyalah kita pun mampu memfasilitasi mereka. Melejitkan potensi mereka.

Senang rasanya membaca tentang  semangat para pandawa putra petir yang menjadi ujung tombak rencana pengadaan mobil listrik, mobil hemat energi yang dimotori oleh Pak Dis. Prestasi yang begitu hebat bisa ditorehkan oleh anak-anak negeri ini. Begitu banyak inovasi dan karya yang terakui secara internasional.

Terbukti bahwa orang Indonesia tidak hanya terkenal korupsinya saja. Tidak hanya terkenal isu SARA-nya. Tidak hanya terkenal sifat konsumerismenya. Masih banyak anak Indonesia yang mampu berprestasi di tingkat internasional.

Sebagai guru pada pendidikan dasar, bijak rasanya bisa memelihara sebuah harapan  akan sebuah generasi yang lebih baik. Sebuah generasi yang membanggakan dengan segala inovasi dan karyanya. Generasi yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat dunia. Harapan – hope – memang harus selalu dijaga untuk bisa menjaga semangat dan mimpi kita.

1 comment: