menjadi generasi lebih baik |
Anda adalah guru
sekolah dasar. Suatu hari ada sebuah pertanyaan seperti ini. ‘Mengapa anda menjadi
guru sd ?’ Kira-kira jawaban apakah yang
akan anda munculkan ?
Mungkin jawaban
yang muncul bisa jadi karena senang dengan dunia anak-anak. Atau karena ingin
mencerdaskan anak bangsa dengan berbagi ilmu.
Bisa juga jawabannya karena guru sd adalah pekerjaan yang cocok bagi (terutama)
perempuan sebab waktunya masih bisa dibagi untuk keluarga. Atau juga mungkin
karena ‘hanya’ menjadi guru sd sajalah pekerjaan yang anda bisa dapatkan
meskipun sebenarnya latar pendidikan anda bisa pula menjadi dosen misalnya.
Bahkan tidak mustahil jawaban daripada menganggur ya menjadi guru saja muncul.
Nah, bagaimana
menurut anda bila jawaban-jawaban di atas yang terlintas ?
Sah-sah saja ? Bisa
jadi. Meskipun sebenarnya diakui atau
tidak jawaban-jawaban di atas adalah jawaban standar untuk pertanyaan sederhana
itu. Jawaban standar di sini bisa diartikan jawaban di atas akan kerap muncul
bila diajukan pertanyaan senada kepada para guru. Nyaris seragam.
Kalau memiliki
pemikiran seperti ini, lalu kira-kira bagaimana sikap kita dalam keseharian
ketika beraktivitas bersama anak-anak ? Akankah bersemangat atau biasa saja ? nothing special. Hanya menjalani dan
mengalir saja.
Lalu akan dibawa
kemana wajah negeri ini bila garda depan pendidikan dasarnya saja memiliki pola
pemikiran seperti itu ? Pola pemikiran yang standar dan ya itu-itu saja dari
dulu sampai sekarang. Aktivitas pembelajaran yang terjadipun kemudian menjadi
hambar. Tidak ada inovasi. Mengulang kembali metode yang sama dari waktu ke
waktu padahal karakteristik anaknya berbeda-beda. Nah, kalau sudah begitu, bagaimana
dan kapan bisa menumbuhkan potensi anak secara maksimal ?
Memutuskan menjadi
guru atau profesi lainnya, hakekat sebenarnya kita telah memiliki visi tentang
pekerjaan yang kita inginkan itu. Ada sebuah tujuan jelas bagaimana menjalani
detik demi detik waktu di setiap pekerjaan kita. Ada semacam optimisme dan
harapan akan apa yang kita geluti.
Optimisme dan
harapan inilah yang menjadikan kita selalu bersemangat dan memiliki energi
menjalaninya. Bagaimanapun itu situasi di tempat kita bekerja. Walau tidak
dipungkiri akan selalu ada masa naik turun di pekerjaan namun bisa kita maknai sebagai sebuah
harmonisasi dalam kehidupan.
Kadang kita menemui
saat-saat kurang menyenangkan. Berselisih paham dengan teman kerja, kebingungan
mencari strategi pembelajaran yang cocok untuk anak-anak di kelas, jenuh dengan
segala tugas administrasi, belum lagi tuntutan akan ketuntasan materi, dan
perilaku-perilaku anak-anak di usia perkembangan.
Dengan adanya
harapan akan sebuah generasi yang lebih baik di masa mendatang untuk negeri
ini, besar kemungkinan segala kendala diatas bisa kita atasi. Sebagai guru
anak-anak di usia perkembangan, usia yang rasa ingin tahu begitu besar,
seyogyanyalah kita pun mampu memfasilitasi mereka. Melejitkan potensi mereka.
Senang rasanya
membaca tentang semangat para pandawa
putra petir yang menjadi ujung tombak rencana pengadaan mobil listrik, mobil
hemat energi yang dimotori oleh Pak Dis. Prestasi yang begitu hebat bisa
ditorehkan oleh anak-anak negeri ini. Begitu banyak inovasi dan karya yang
terakui secara internasional.
Terbukti bahwa
orang Indonesia tidak hanya terkenal korupsinya saja. Tidak hanya terkenal isu
SARA-nya. Tidak hanya terkenal sifat konsumerismenya. Masih banyak anak
Indonesia yang mampu berprestasi di tingkat internasional.
Sebagai guru pada
pendidikan dasar, bijak rasanya bisa memelihara sebuah harapan akan sebuah generasi yang lebih baik. Sebuah generasi
yang membanggakan dengan segala inovasi dan karyanya. Generasi yang bermanfaat
bagi seluruh masyarakat dunia. Harapan – hope
– memang harus selalu dijaga untuk bisa menjaga semangat dan mimpi kita.
Mantabbb.....
ReplyDelete