Pages

Sunday 15 April 2012

Menghindari Kata ‘Jangan’, ‘Tidak’, dan‘Tidak Boleh’ Pada Anak

bekerja sama tanda kerukunan
Apa arti disiplin menurut anda ? Sesuatu yang tertibkah ? Sesuatu yang teratur sesuai pada tempatnyakah ? Sesuatu kondisi yang tenang tanpa keributankah ? Atau apa ?

Banyak arti untuk kata ini. Pada satu orang dengan yang lain mungkin berbeda tergantung pada pemahaman dan kultur masing-masing. Namun mungkin dari yang berbeda-beda itu, maksudnya bisa sama, yaitu sebuah  perilaku positif yang bertujuan mengembangkuatkan perilaku yang baik. Hanya jalan atau definisinya saja yang berbeda.

Berinteraksi dengan anak-anak di usia dini memberi saya kesempatan belajar banyak hal kepada mereka. Tidak hanya belajar bagaimana bersikap, menghargai orang lain, atau mengapresiasi saja namun juga bagaimana bertutur kata. Termasuk ketika mengenalkan sikap disiplin kepada mereka.


Di kelas dua ini, anak-anak telah mengenal yang namanya peraturan kelas. Peraturan yang dibuat dan disepakati bersama – sama. Siapa pun yang melanggar peraturan akan menerima konsekuensi sesuai dengan kekhilafannya. Semua itu telah didiskusikan bersama di awal pembelajaran di kelas dua. Semua anak telah menyetujui.

Berbicara tentang penegakan disiplin, memang kita sebagai para dewasa ini harus konsisten dan tegas. Bagaimana pun namanya juga anak-anak. Lupa atau mencoba melanggar peraturan itu biasa. Menerima konsekuensi atas apa yang telah dilakukannya pun adalah proses belajar untuk mereka. Tugas kita adalah selalu mengingatkan. Jangan jemu mengingatkan mereka. Juweh bahasa surabayanya.

Namun dalam proses mengingatkan itu, sebaiknya kita menggunakan kata-kata positif dan menghindari kata ‘jangan’, ‘tidak’, tidak boleh’, atau ‘dilarang’.

Lho mengapa ? Tak ada bedanya kan ? Toh maksudnya sama saja.

Tentunya berbeda. Meskipun maksudnya mungkin sama dan pasti pemahamannya berbeda. Anak-anak di usia dini adalah anak-anak yang memandang segala secara sederhana. Mereka pun dalam tataran usia dengan kemampuan berpikir kongkret. Membayangkan memang mereka mulai bisa untuk kelas satu dan dua, namun masih terbatas pada kata-kata yang dimengertinya. Itupun kerap kali yang terbayangkan sebatas aktivitasnya saja.

Jadi ketika kita mengatakan “Jangan berlarian”, maka yang terekam dalam imajinasi mereka adalah aktivitas berlari. Kata ‘jangan’ tidak tergambarkan dalam pikiran mereka. Karena tak terbayangkan, maka yang diingat anak-anak adalah berlarinya. Alih-alih mereka berjalan, yang mereka lakukan adalah berlarian kesana-kemari ketika kita sering mengatakan “Jangan berlarian.”

Kondisi itu yang kemudian menerbitkan kekesalan kita kepada anak-anak. Kadang mencap mereka sebagai anak yang sulit dinasehati atau malah tak jarang  dari kita mencubitnya sampai mereka meringis kesakitan sebab melakukan sesuatu yang kita larang. sesuatu yang 'tidak disiplin'. Kasihan kan jadinya anak-anak ?

Padahal sebenarnya apa yang mereka lakukan karena pilihan kata kita yang keliru. Anak – anak  memahami sesuai dengan usia mereka, bukan sesuai dengan pemahaman kita, para dewasa ini.

Di kelas pun, sebisa mungkin saya menggunakan kata-kata positif untuk mengingatkan mereka. Kata jangan berlarian misalnya, saya ganti dengan tolong berjalan ya. Untuk kata jangan marah – ayo lebih sabar. Jangan bertengkar -  rukun yuk dengan teman, jangan berteriak – tolong bisa berbicara lebih pelan, dan seterusnya.

Jadi gambaran di imajinasi anak-anak pun akan menjadi berbeda. Bila kita biasakan berbicara dengan kalimat positif, maka lama kelamaan yang terekam dalam benak mereka pun kata-kata positif yang kerap kita katakan. Disiplin pun bisa tercipta melalui metode ini tanpa kita harus selalu mengencangkan otot berteriak-teriak dengan kata 'jangan' atau 'tidak'.

Agak repot ya harus mencari kata-kata positif untuk menghindari kata tidak atau jangan ? Memang hehehehe, namun disitulah menariknya. Kita, para dewasa ini jadi belajar mencari kosakata positif lebih banyak lagi. Jadi belajar menggunakan bahasa dengan benar. Tidak asal comot dan mencari mudahnya saja. Demi kehidupan yang lebih baik untuk guru – guru kecil kita. Anak – anak generasi selanjutnya. 

No comments:

Post a Comment