Pages

Sunday 22 April 2012

Ice Breaking Dalam Pembelajaran


bernyanyi dan bergerak
memunculkan semangat
Menjadi guru  kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) di sekolah dasar memberi kesempatan kepada saya untuk belajar tentang psikologi anak. Mengamati dan mengikuti perkembangan mereka setiap hari di sekolah. 

Saat mereka tertawa, saat mereka senang, saat mereka sedih, saat mereka bertengkar dan berselisih paham, saat mereka bersemangat, saat mereka heboh dengan segala cerita dan pertanyaannya, saat mereka ketakutan dan malu, saat mereka merasa malas, dan saat-saat mereka duduk sendirian di sebuah sudut kelas.

Meskipun mereka sering tidak bisa mengatakan dengan jelas apa yang dirasakannya atau malah hanya diam saja sambil menahan aair mata, namun bila kita amati, terlihat juga di raut anak-anak. Termasuk pula saat mereka jenuh di kelas.


Kebetulan anak-anak di kelas saya hampir semua anaknya memiliki gaya belajar kinestetik. Gaya belajar yang memerlukan tubuh untuk selalu bergerak. Bila hanya diminta duduk tenang di kursinya, mereka akan gelisah. Duduk tenang selama lima belas menit adalah prestasi untuk anak-anak yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Ada saat-saat mereka ‘diharuskan’ duduk diam lebih dari lima belas menit. Yaitu saat ada latihan soal yang kebetulan berurutan untuk beberapa bidang pelajaran. Kalau saat-saat itu tiba, dapat dipastikan mereka terlihat sedikit ‘manyun’.

Gerakan tubuh mulai ogah-ogahan dan lemas, mulai ada beberapa anak yang meletakkan kepalanya di meja, dan ada juga yang berinisiatif ijin ke belakang atau minum atau sekedar berjalan memutari ruang kelas. Banyak strategi dikeluarkan agar bisa bergerak meskipun hanya sebentar deh pokoknya hehehehehe.

let's sing together 
Bagi saya, itu pertanda. Sinyal bahwa kebosanan telah terjadi di kelas. Harus segera diberikan sesuatu untuk mencairkannya. Kalau tidak akan cukup fatal akibatnya. Kok tahu?

Kata orang, kalau tidak dicoba tidak akan tahu. Saya pun pernah mencoba membiarkan kondisi itu berlalu saja. Tanpa reaksi apa-apa. Yang terjadi ?

Situasi menjadi kacau dan tidak mendukung sama sekali untuk aktivitas anak-anak. Mereka terlihat semakin suntuk. Kesuntukkan itu kemudian diwujudkan dengan kekacauan-kekacauan kecil yang mereka ciptakan. Berlarian, ngobrol, ngelesot di lantai, dan hal-hal kecil lainnya. Heboh dan tak terkendali sama sekali.
Jadi kesimpulannya adalah harus ada penanganan ketika tanda kebosanan itu mulai terlihat. Jangan dibiarkan berlalu begitu saja. Bisa kacau nanti jadinya.

Caranya ?

Banyak cara bisa kita lakukan. Salah satunya adalah ice breaking. Biasanya ketika melihat anak-anak mulai terlihat jenuh dan ogah-ogahan, saya pun mengajak mereka menyanyi sambil bergerak.

Lagu yang dipakai lagu anak-anak yang mudah dan ceria. Lirik yang mudah dan gerakan yang lucu akan membantu anak-anak menemukan semangatnya kembali. Saya pun bergerak dan bernyanyi bersama mereka. tak khawatir ditertawakan atau bahkan dibilang jelek.

Dulu saya tidak percaya diri bernyanyi. Sumbang dan tanpa nada. Kerap ditertawakan saudara-saudara dan teman. Namun anak-anak adalah pendengar yang baik. Mereka tak peduli meski sedikit sumbang. Melihat kita bersemangat, anak-anak akan senang ikut bersama kita. Bernyanyi dan bergerak. Sering sambil tertawa-tawa geli dan senang karena lagu dan gerakannya yang lucu.

Ice breaking ini pun tidak memerlukan waktu yang lama. Kita bisa melakukannya lima sampai sepuluh menit. Hasilnya ? Waw…luar biasa ! Anak-anak lebih santai, bersemangat, dan ceria. Untuk kembali melanjutkan aktivitas bukan sesuatu yang berat lagi bahkan kalau aktivitas itu menulis.

Ice breaking ini pun bisa dilakukan di rumah. Saat kejenuhan mulai muncul, kita para dewasa pun bisa melakukannya bersama anak-anak. Mendukung mereka melalui masa sulit dan mengatasinya. 

2 comments:

  1. ustadzah Al Azhar, wow..

    `salam Bloofers

    ReplyDelete
  2. Terima kasih, Bloofers sudah mau meluangkan waktu di sini :-)

    ReplyDelete