Pages

Saturday 3 March 2012

Tutor Sebaya, Berbagi dan Berempati

“Hm…aku bisa, bu! Dilipat begini kan, lalu yang ini juga dilipat seperti ini. Jadi ! Katakku jadi !” sorak seorang murid saya senang. 

Sementara teman-temannya yang lain masih berkutat dengan kertas lipatnya. Masih kebingungan dengan ujung kertas yang harus dilipat. Saya pun meminta tolong murid yang telah selesai ikut membantu teman-temannya yang kesulitan.

Maka beberapa anak pun menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya. Membantu saya menjelaskan bagaimana cara membuat katak dari kertas lipat kepada teman yang lain. Menjadi tutor sebaya bagi temannya. Mencontohkan seperti yang telah dibuatnya. Membenarkan arah lipatan kertas dan bagaimana menekuknya.


Mengagumkan mengamati mereka saling membantu seperti itu. Dengan bahasa, gaya bicara, dan cara pandang yang sama, penjelasan tutor sebaya ternyata efektif dan mudah diterima teman-temannya. Anak-anak di usia perkembangan. Anak-anak kelas 2 sekolah dasar. Terlihat bagaimana saat semua anak berhasil membuat kataknya. Memberi mata dengan ekspresi lucu-lucu. Saling memuji katak temannya dan mencoba menekannya agar melompat.

Senang saya melihatnya. Anak-anak kelas 2 sekolah dasar yang menunjukkan pertumbuhan pada kedewasaannya. Bersikap baik tidak sebatas pada  belajar jujur, tidak mencontek, atau tidak mencuri. Bersikap baik akan lebih luas lagi artinya bagi anak-anak sejalan dengan pertumbuhan mereka, seperti kesadaran diri untuk bekerja sama dengan orang lain, berbagi, bersimpati, dan membantu orang lain saat diperlukan. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan akan adanya perkembangan kognitif pada anak.

Anak-anak pun mulai mengenal akan adanya masalah/kesulitan pada diri orang lain seperti perasaan kesepian, sedih, atau kesulitan yang lain. Seperti aktivitas di atas, mereka menjadi tahu bahwa ada teman-teman yang mengalami kesulitan dalam melipat kertas menjadi katak sehingga harus dibantu.

Perasaan ingin membantu inilah yang harus dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Menumbuhkan perasaan empati kepada kesulitan sesama akan memberikan pengetahuan bahwa menolong sesama itu perlu selain juga menumbuhkan perilaku altruistik pada anak. Perilaku yang bersedia menolong temannya bukan karena diminta, namun lebih kepada perasaan berempati dan kerelaan.

Seperti bila ada teman yang sakit dan tidak masuk sekolah, semua teman ikut merasa kehilangan akan ketidakhadirannya dan membacakan surat Al Fatihah agar segera sembuh, melihat ada teman yang kesulitan, tanpa perlu diminta akan menolongnya, melihat temannya merapikan mainan akan dibantu agar segera selesai meski tidak ikut bermain.

Bila hal-hal kecil tentang memahami kesulitan sesama dan bagaimana menolongnya sesuai dengan kemampuan kita terus dibiasakan kepada anak-anak sejak kecil, besar kemungkinan anak-anak akan memiliki perasaan empati cukup tinggi terhadap sesama. Tidak tumbuh menjadi anak yang hanya memandang kebutuhannya sendiri atau semau gue. 

No comments:

Post a Comment