Pages

Wednesday 7 March 2012

Nonton Doraemon di Sekolah

Seru dan senang ! Seperti nonton di bioskop beneran. Kayak orang dewasa. Deg-degan apalagi saat lampu dimatikan. Ada popcorn-nya lagi. Popcorn-nya enak, sayang cuma sebungkus hehehehehe.

Itu antara lain kesan dari anak-anak seusai melihat film Doraemon tadi. Melihat film ? Di sekolah? Iya. Seru kan ? Apalagi setelah melihat film, mereka diperbolehkan melihat stan dari kakak-kakak kelas. Melihat-lihat barang, menanyakan harga, melakukan transaksi jual beli layaknya para dewasa. Kakak-kakak kelas yang menjaga stan pun cukup luwes dan ramah melayani pembeli kecilnya.


Satu pembelajaran menarik pada anak-anak. Banyak hal bisa menjadi proses pembelajaran pada kegiatan ini. Termasuk belajar menjadi anggota masyarakat dalam konteks lebih luas. Melihat bagaimana mereka bersikap dalam aktivitas bersama dengan anak-anak yang lebih beragam (mulai dari adik kelas satu sampai kakak kelas enam). Tidak lagi melulu dengan teman sekelas.

Seperti proses mereka melihat film tadi. Pengalaman memegang dan memiliki tiket masuk sendiri, cukup membuat anak-anak heboh. Bersemangat dengan tiket di tangan masing-masing. Kemudian antri masuk ke tempat pertunjukkan. Cukup membanggakan. Saling dorong, berebutan masuk dan ingin  berada di depan, tidak terjadi.

Anak-anak cukup terampil belajar menjadi bagian dari masyarakat. Antri, duduk tenang saat melihat film, tak mengangkat kaki ke kursi di depannya, cukup bisa mengendalikan diri saat menonton dengan tidak ngobrol sendiri dengan suara keras. Bila sikap ini terus dipertahankan sampai dewasa, masyarakat Indonesia yang berbudaya akan terwujud.

Kebetulan kelas saya baru masuk belakangan, otomatis mereka pun mendapat tempat duduk di belakang. Beberapa anak ada yang kecewa namun mereka akhirnya tidak masalah karena memang tempat duduk yang di depan telah penuh. Alih-alih meributkan tempat di belakang, mereka asyik menikmati popcorn-nya dan melihat film yang diputar.

Pada saat itu, anak-anak belajar menerima dan kompromi dengan situasi yang tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Hal ini cukup penting dalam proses pertumbuhan mereka. Menunjukkan bahwa ada hal-hal yang kadang tidak sesuai dengan keinginan sehingga pengalaman untuk menyesuaikan diri dan mampu mengatasi kondisi tersebut dialami oleh anak-anak.

Kemampuan menyesuaikan diri saat beriteraksi dengan orang lain akan membuat mereka menjadi pribadi luwes yang bisa beradaptasi ke depannya kelak. Tidak mudah ngambek dan mutungan hanya karena ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Bila mereka dibiasakan hanya mengenal kondisi nyaman sesuai keinginannya, besar kemungkinan mereka akan tumbuh menjadi anak yang mudah tantrum dan kurang bisa menyesuaikan diri.

Memang proses berinteraksi dengan teman-teman yang lain akan membawa banyak warna di anak-anak. Senang, sedih, marah, tertekan, kecewa, tertawa, konflik, dan lainnya. Tidak apa-apa. Semua itu akan memperkaya pengalaman hidup mereka. Asal sebagai para dewasa, kita mendampingi dan mendukung mereka mempersiapkan diri menjadi manusia dewasa nantinya.



No comments:

Post a Comment