Pages

Wednesday 28 March 2012

Ketika Kakak dan Adik Bekerja Sama

ceria dan senang sekaligus belajar
“Let’s make yells! One…two…three !”
“Karate is the best ! Karate is the winner, yeahhh!” teriak serentak anak-anak di depan saya mengikuti aba-aba ketua kelompoknya sambil mengepalkan tangan ke udara.

Begitu semangat. Meski beberapa anak masih terlihat malu-malu. Anak-anak kelas satu. Maklum, mereka baru pertama kali mengikuti acara lomba berkelompok dengan kakak kelas. Masih menyesuaikan diri. Masih kikuk.

Namun begitu, salut saya dengan sikap menjaga dan ngemongnya anak-anak kelas 2 dan 3. Mengerti adik-adik kelas 1 yang masih asing dengan aneka kasus yang harus dipecahkan secara berkelompok satu per satu. Mereka dengan sabar memberi tahu dan menunjukkan caranya. Adik kelas 1 pun mengikuti apapun kata-kata ‘seniornya’.

Di sekolah memang sedang ada kegiatan saat itu. Amazing race. Kegiatan berkompetisi antar-kelompok yang anggotanya terdiri dari gabungan kelas 1,2, dan 3. Kegiatan ini adalah kegiatan di luar kelas. Kegiatan yang erat kaitannya dengan bergerak yang disukai anak-anak.

Setiap kelompok yang anggotanya campuran kelas 1,2, dan 3 harus menyelesaikan kasus di setiap pos. Kelompok yang memiliki poin terbanyak adalah yang menang. Jadi, karena kerja kelompok, semua anggota harus ikut berpartisipasi.

Ada banyak hal positif dalam kegiatan ini. Selain melatih kosakata bahasa inggris anak-anak sebab memang hampir di  semua kasusnya menggunakan bahasa inggris (termasuk yel-yel), juga memungkinkan anak-anak latihan  hidup bersosialisasi dengan lingkungan lebih luas selain orang tua dan teman-teman sekelasnya. Lingkungan lebih luas di sini adalah teman-teman dari kelas lain.

Yang lebih dewasa memahami dan mengerti adiknya, yang lebih muda mentaati apa yang dikatakan kakak-kakaknya. Merekapun berlatih berkompromi dan menerima kekeliruan orang lain. Bukan menghakimi.

Di sebuah kelompok, ada salah satu anak (kebetulan kelas 1) yang kesulitan menggucapkan sebuah kata sehingga membuat kelompoknya kehilangan poin. Dia merasa tertekan. Menundukkan kepala diam saja.  Beberapa anak terlihat  kecewa. Melihat semangat anggotanya turun, alih-alih menyalahkan temannya, seorang anak kelas 3 yang ternyata adalah ketuanya, dengan ringan mengatakan itu tidak masalah, hanya satu poin. Kita cari poin lebih banyak nanti. Wajah-wajah yang sempat kecewa itu mengangguk dan cukup mengerti lalu pergi dengan semangat mencari poin lagi.

Hm…senang melihatnya. Peristiwa yang kecil, sebentar, dan terlihat remeh namun sebenarnya penting sekali. Penting untuk perkembangan karakter anak-anak usia perkembangan. Melihat bagaimana dewasanya sang kakak ketua tadi dalam mengerti anggotanya yang kesulitan sekaligus menyemangati teman-temannya yang kecewa, adalah bibit baru yang bagus sekali untuk awal sebuah karakter yang mengagumkan.

Namun memang perlu adanya bimbingan dari kita, para dewasa. Bibit bagus pastilah membutuhkan perawatan. Andai bibit-bibit sikap itu selalu kita tumbuhkembangkan, bukan tidak mustahil akan bermunculan anak-anak yang membanggakan nantinya bukan ?

No comments:

Post a Comment