Pages

Tuesday 14 February 2012

Satu Hal Untuk Sebuah Kepercayaan Diri

menghargai dan mengapresiasi
Allahu Akbar…Allaaaaaahu Akbar ! Suara lantang dari seorang murid saya yang sedang mengikuti lomba adzan di sekolah terdengar. Cukup tenang meski terlihat sedikit grogi. Tetapi ada yang aneh. Kok matanya ditutup ? hehehehe... ternyata itu salah satu trik dia dalam ikut lomba. “Agar tak lupa adzannya, bu. Kalau lihat teman-teman, jadi lupa terus.”

Ada lagi anak yang maunya adzan tanpa melihat ekspresi teman-temannya alias membelakangi. Alasannya pun sama. Untuk berkonsentrasi. Ada banyak cara mensiasati ketidaknyamanan mereka ketika maju ke depan.

Saya cukup menghargai akan keberanian yang ditunjukkan mereka. Bagaimanapun, maju ke depan dan dilihat banyak orang untuk beberapa anak adalah sesuatu yang cukup sulit. Rasa malu dan tak nyaman akan membuat mereka terbebani sekali. Memerlukan dukungan dan dorongan dari pihak luar baik guru, orang tua maupun teman-temannya.


Lebih-lebih bila tahu bahwa mereka kurang menguasai yang akan dibawakan. Saya melihat di lomba adzan ini, ada beberapa anak yang ternyata tidak hafal. Mereka meminta untuk tidak ikut lomba. Toh, pasti tak juara. Aduh, sedih mendengarnya.

Percaya diri pun butuh dukungan
Ayo, kamu bisa. Ga papa kok, nanti pasti dibantu bu guru. Yang penting berani dulu. Itulah antara lain semangat yang diberikan oleh teman-temannya. It’s really very nice. Thanks a lot my students. Untunglah setelah mendapat dukungan itu, mereka pun mau maju. Terlihat cukup lega dan senyumnya pun merekah tatkala selesai menunaikan tugasnya. Target untuk anak-anak ini memang bukanlah juara. Namun keberanian untuk tampil ke depan dan menunjukkan dirinya.

Penghargaan diri untuk mereka layak diberikan. Memberikan perhatian dan konsentrasi penuh ketika mereka maju ke depan adalah hal bijak yang bisa dilakukan oleh para dewasa dan orang-orang di sekitarnya. Menunjukkan  sebuah keyakinan bahwa mereka pun bisa. Mampu melakukan sesuatu yang mungkin sulit untuk mereka saat itu.

Ada anak yang saat adzan, dia lupa urutannya. Saya bertanya apakah mau mengulanginya dari awal. Ternyata ia setuju mengulang dan alhamdulillah lancar. Tanpa pertolongan. Memang sangat mungkin ada kesalahan. Meski begitu, ketika mereka mengalami sebuah kesulitan, ada saat-saat bantuan kita sebenarnya tak terlalu diperlukan. Mungkin lebih kepada masukan saja namun tetap mereka bebas memutuskan. Memberi kesempatan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri apabila memungkinkan akan menumbuhkan kepercayaan diri pada kemampuan mereka.

Ketika mereka mampu melakukan sesuatu, ada baiknya kita pun mengapresiasinya dengan pujian yang membangun. Memuji akan sesuatu yang telah dilakukannya dengan cukup bagus. Memuji apa yang telah dilakukannya. Tapi tidak membandingkannya dengan teman/saudara yang lain. Menunjukkan bahwa mereka adalah spesial dan berkemampuan.


Ada lagu yang sangat saya sukai. Mungkin bisa pula menginspirasi kita semua.


Ayah Bunda,
Aku sedih, aku gagal lagi
Ku tlah coba,
Kerja keras dan berdoa
Tapi tak juara
Anakku tersayang,
Bunda mendengarkan
Kemarilah nak,
Bunda beri pelukan
Bunda bangga padamu
Bangga usahamu
Bangga kerja kerasmu
Dan juga doamu
Tak apa tak juara
Kau sudah usaha yang penting kau dapat ilmunya
Terima kasih Bunda
Walau sedih ada
Tapi aku lega karena tak apa tak juara
Ku akan berusaha keras lagi
Kuyakin suatu hari nanti ku bisa
Untuk mendengarkannya, bisa klik  di sini




2 comments:

  1. tulisan yang sangat inspiratif. bravo bu Erna

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Bu Niken, semangat juga untuk dirimu.

    ReplyDelete