Pages

Sunday 9 October 2011

Anak Belajar Dari Apa yang Dilihat, Didengar, dan Dirasakan

reflexstock.com
Saya tersenyum sendiri saat membaca jawaban seorang murid. Pertanyaannya adalah bolehkah kita melanggar lampu lalu lintas ? Mengapa ? Jawaban yang muncul biasanya tidak boleh nanti ditilang polisi atau nanti bisa terjadi kecelakaan. Murid saya satu ini sedikit berbeda menjawabnya, yaitu tidak boleh nanti rugi seratus ribu.

Ketika saya tanyakan tentang jawabannya itu, dengan lancar dia bercerita kalau ayahnya pernah melanggar lampu lalu lintas dan harus membayar seratus ribu kepada polisi. Rugi sekali, bu. Hahahahahaha jawaban orisinal dan berdasarkan pengalaman bukan ?

Kerap saat-saat mengoreksi pekerjaan murid khususnya pelajaran sosial dan kewarganegaraan, saya menemukan jawaban-jawaban tak terduga. Pernah dulu saat masih mengajar kelas satu, ada jawaban murid tentang ciri-ciri anak perempuan menulis berjilbab dan memakai celana panjang. Bila hanya merunut pada teori di buku, jelas jawabannya keliru, namun bila melihat contoh sehari-hari, benarlah, apalagi yang dilihat gurunya hehehehehe.  

Jawaban khas anak-anak. Tidak hanya sebatas buku pelajaran saja (text book) namun lebih kepada pengalaman apa yang pernah mereka lihat, dengar, dan rasakan. Menarik sekali. Sering saya pun mendapatkan pernyataan pengetahuan yang baru mereka ketahui seperti ’Bu, ternyata kalau membeli rumah memerlukan KTP. Kemarin papa membeli rumah dan memerlukan KTP’.

Apresiasi dan penghargaan besar saya berikan pada para orang tua untuk hal ini. Peran orang tua yang selalu mengajak anak-anaknya bercakap-cakap dan menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi di sekeliling mereka memberikan cakrawala bagi para pengemban ingin tahu ini. Mereka akan melihat sekitarnya dengan lebih menarik. Logika mereka pun akan berkembang pesat. Pemahaman mereka pun akan melekat lama. Berbeda bila mereka harus menghafalkan teks di buku pelajaran yang pastinya lebih singkat diingat.

Melihat besarnya pengaruh bercakap-cakap antara orang tua dan anak saat mereka sedang bersama-sama, sangat disayangkan bila ada orang tua yang melihat kebersamaan kerap dimaknai dalam artian sempit saja.

Seperti mengajak mereka ke arena bermain dan membebaskan anak-anak bermain sepuasnya sambil ditunggui orang tuanya yang asyik berselancar di dunia maya. Tak ada komunikasi sebab masing-masing sibuk dengan aktivitasnya. Kegiatan ini memang boleh saja. Namun alangkah lebih baiknya bila kita, para dewasa ini pun bercakap-cakap dengan mereka tentang hal-hal menarik (namun tidak hanya untuk ceramah atau marah lho). Akan kita lihat bagaimana menakjubkan pemikiran para pengemban ingin tahu ini. Insya Allah.






No comments:

Post a Comment