Pages

Saturday 20 August 2011

”Janganlah Contoh Saya”

Mendengarkan radio sambil bersiap-siap pergi ke sekolah adalah kebiasaan yang saya lakukan setiap pagi. Ada sebuah acara di  stasiun radio afiliasi (pusatnya di Jakarta) yang saya sukai. Bukan acara musik dan hanya berdurasi  tak lebih dari sepuluh menit. Disisipkan dalam acara mayornya.
jadoelkoeno.blogspot.com
Bila acara tersebut sedang berlangsung, saya sering harus memasang telinga sungguh-sungguh. Tidak bisa didengarkan sambil lalu atau sambil berjalan ke sana ke sini seperti bila kita mendengarkan musik. Ada dua alasannya. Yang pertama karena radio saya bukan dari telfon genggam dengan fasilitas head-set dan yang kedua ini bukan pemutaran lagu-lagu pop yang bisa didengar sambil lalu.


Acaranya sendiri adalah parodi tentang situasi yang sedang populer di dalam negeri. Plesetan kalau saya mengistilahkan. Sebuah cerita plintiran dari negeri bernama Negeri Sketsa. Dengan dimainkan hanya oleh 3 orang namun sangat kreatif dan mampu membuat kita kadang tertegun, tertawa, atau bahkan geleng-geleng kepala. Bahasa yang mereka gunakan pun cukup santai dan ringan dengan sedikit logat jakartanya.

Pagi ini tema di Negeri Sketsa adalah tentang figur pemimpin.  Pemimpin di negeri Sketsa dipanggil dengan sebutan ’babe’. Digambarkan sebagai seorang yang tegas dan taat aturan. Namun ketegasannya ini malah menjadikannya dijauhi oleh anak buah. Banyak program yang telah dirancang pun tidak jalan sebab tak ada dukungan dari bawahannya. Si babe bingung. Apa salahnya ? Mengapa anak buahnya itu semua terlihat bandel-bandel dan mencuekinya.

Sebagai seorang pemimpin, pastilah Babe memiliki ajudan. Bertanyalah si babe kepada ajudannya. Sang ajudan hanya garuk-garuk kepala. Kontan si babe mendampratnya. ”Kau dibayar  tinggi jadi ajudanku bukan untuk garuk-garuk kepala saja! Entah bagaimana caramu, kau harus bisa menemukan sebab kondisi ini terjadi!”

Sang ajudan pun kemudian membentuk tim khusus untuk meneliti kasus ini. Tim khusus ini bekerja dengan teramat sangat efisien sebab hanya diberi waktu satu kali dua puluh empat jam menemukan akar permasalahan yang ada. Tim khusus yang memang terdiri dari para detektif nan pandai itu akhirnya berhasil. Hasil penyelidikannya sangat mengejutkan. Banyak dari para bawahan itu yang ternyata tidak puas dengan sikap Babe sendiri. Tegas dan taat menjalankan aturan memang, namun ternyata hanya pada aturan yang menguntungkannya saja. Kerap merugikan hak para bawahannya.

Saat si ajudan melaporkan hasil penyelidikannya, Si babe bukannya menyadari kesalahan. Alih-alih menyesal, Si babe berkata, ”Lha, para bawahan itu bagaimana ? Mereka haruslah giat bekerja dan memiliki dedikasi tinggi. Tak mudah terpengaruh hasutan luar, lurus. Harus selalu lurus. Janganlah contoh saya!”

Mendengar ucapan pimpinannya, si ajudan pun hanya bisa garuk-garuk kepala (lagi). Lha, bagaimana ini ? Kalau tidak mencontoh pimpinannya lalu harus mencontoh siapa ? 

No comments:

Post a Comment