Pages

Wednesday 3 August 2011

Duduk sama rendah, Berdiri sama tinggi

ic-mataram.blogspot.com
Tahun ajaran baru sekolah selalu memunculkan wajah-wajah baru. Aneka ragam anak dengan aneka ragam sifat muncul. Anak-anak yang baru ’lulus’ dari taman kanak-kanak. Anak-anak yang sedang beradaptasi dengan lingkungan barunya. Anak-anak paling kecil di jenjang sekolah dasar. Murid kelas satu.

Berinteraksi dengan anak-anak tersebut, mengajarkan kepada saya belajar membuat mereka merasa nyaman. Bagaimana pun, lingkungan baru akan membuat anak-anak tersebut memerlukan waktu untuk yakin bahwa mereka aman di sana. Di setiap kelompok, selalu ada anak yang berani dan anak yang ragu juga takut. Waktu mereka untuk mengenal lingkungan pun berbeda-beda. Ada yang singkat, agak lama, dan lama. Kita harus memahami kondisi ini.


Pertemuan dengan anak-anak baru tersebut memberikan banyak hal menarik untuk pengetahuan saya. Salah satunya adalah cara berjabat tangan (salim). Saya melihat efek dari posisi berjabat tangan pada anak-anak. Meskipun  sebenarnya apapun posisi para dewasa (guru), anak-anak tersebut tetap salim.

Namun saya melihat bahwa anak-anak terlihat lebih nyaman dan santai ketika berjabat tangan ketika kita dalam posisi sejajar dengan mereka. Perbedaan mencolok antara tinggi badan kita dengan mereka kerap membuat rasa tidak nyaman. Harus mendongak dan merasakan fakta bahwa lebih kecil.

Cara bersalaman dan berbicara dengan membungkukkan badan sedikit untuk mengurangi jarak membuat anak-anak lebih cepat nyaman dengan kita. Mereka pun lebih terbuka. Bisa menatap mata yang sejajar dan meskipun berbadan lebih besar namun terkesan bersahabat, adalah kesan positif yang harus muncul pada anak-anak tentang kita, para dewasa.

Ada pengalaman ketika saya berjabat tangan dengan anak seorang teman yang baru berusia tiga tahun. Melihat anaknya mau berjabat tangan dengan saya (padahal wajah saya kan judes hehehehe), teman saya kaget. Kok bisa ? Teman saya menceritakan bagaimana anaknya selalu menolak berjabat tangan dengannya. Apa rahasianya ?

Jongkok. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Saat bersalaman dengan anak teman saya, saya jongkok agar tinggi badan kami tidak mencolok perbedaanya selain juga tersenyum. Teman saya mencoba. Ia bersorak kegirangan ketika ternyata tips saya berhasil.

Kadang memang kita lupa bahwa mereka adalah anak-anak. Sebuah kata bijak mengatakan "bukti bahwa kita telah masuk ke dalam sebuah golongan bila bisa minum dari satu gelas yang sama". Sama dengan anak-anak. kita bisa masuk ke dalam dunia mereka bila mampu bersikap dan mensejajarkan diri dengan mereka. Namun bukan untuk menjadi kekanak-kanakan lho. Ketika berada di lingkungan dewasa, diharapkan kita pun mampu bersikap sebagai para dewasa yang bijak.


1 comment:

  1. Benar. Agar diterima dlm sebuah kelompok kita hrs bisa membaur dg budaya kelompok itu, meski itu seringkali tidak mengenakkan krn melawan ego kita. Tyt anak-anak jg masuk kelompok, kita sering lupa.

    ReplyDelete