Pages

Saturday 13 August 2011

Bertemu Teman Sukses

indonetwork.co.id
Ketika sedang asyik memilih buku, telefon genggam saya berbunyi. Dari seorang teman lama yang mengajak untuk makan bersama. Sudah lama memang kami janjian  bertemu namun ada saja sesuatu hal yang merintangi. Sampai akhirnya hari itu kami sama-sama luang, jadi saya mengiyakan ajakannya meski belum selesai memilih buku. Toh bisa datang kembali ke toko buku besok, pikir saya. Kami pun pergi menuju tempat yang dikatakan teman saya tadi.

Suami saya sempat heran ketika tahu tempat yang kami tuju adalah restoran yang khusus menyajikan ikan bandeng. ”Lho, kamu kan tidak makan bandeng?” Saya mengangkat bahu. ”Tidak masalah, yang penting bisa bertemu teman”.


Suasana pertemuan cukup seru. Teman saya juga bersama suaminya yang sekaligus juga teman suami. Teman satu kontrakan ketika mahasiswa dulu. Teman susah dan selalu senang bila ada senior yang datang. Perbincangan mengalir cukup lancar dari a sampai z. Menceritakan kejadian masa lalu dan masa sekarang. Sampai pada aktivitas masing-masing. Juga tentang aktivitas suami teman saya. Mahasiswa gerakan yang mencari sumbangan dana ke sana ke mari dari dulu sampai sekarang. Bagaimana dia yang dulu sebagai pencari dana sekarang menjadi donatur tetapnya.

Teman saya juga menceritakan bagaimana aktivitasnya dalam berbisnis on line yang menuai sukses. Banyak hal yang memperkaya pengetahuan saya tentang hidup. Salut dengan keberaniannya keluar dari pekerjaan yang cukup mapan dan merintis usaha sendiri. Dukungan dari suaminya juga merupakan peran penting dalam penentuan keberhasilannya.

Suasana cukup menyenangkan sampai pada acara pesan memesan menu. Saya yang memang tidak makan ikan bandeng mencoba tidak mengecewakan yang mengundang dengan memesan makanan yang paling sedikit bernuansa bandeng, tahu bandeng (yang alhamdulillah saya tak melihat ada ikan bandeng di sana) dan carica.

Melihat pesanan tersebut, suami teman saya menawarkan untuk menu-menu yang lebih ’menggigit’. Melihat saya agak kebingungan menjawab, suami menetralisir dengan memilih menu yang ’menggigit’ itu. Ternyata belum cukup. Masih didesak memilih menu-menu tadi untuk dibawa pulang. Penolakan saya diartikan sebagai keengganan memesan sebab nominal harga menu yang cukup mahal. Masalah harga tidak perlu dirisaukan sebab kami ditraktir oleh mereka. ”Jangan seperti orang susah, ribut masalah harga”. Saya tersenyum dan menggeleng sambil mengucapkan terima kasih. Suami teman saya paham sekali berapa gaji seorang guru sekolah dasar hehehehe.

Dari pertemuan itu, saya semakin menyadari bahwa persepsi sukses kerap diukur dari seberapa banyak rupiah yang kita hasilkan. Sukses-sukses kecil seperti berhasil membuat sebuah menu makanan atau menyelesaikan sebuah masalah kerap dipandang sebelah mata saja.

Ah, jadi teringat murid-murid saya. Bagaimana mereka bertepuk tangan senang dan mengapresiasi positif akan percobaan sederhana ’tinta luntur’ yang saya lakukan. Kita, para dewasa kerap merasa sukses-sukses kecil itu remeh tidak penting. Padahal kerap sukses besar dibentuk dari sukses-sukses kecil yang kita lakukan. Semoga kita bisa lebih menghargai sukses-sukses kecil yang kita raih.





No comments:

Post a Comment