Pages

Wednesday 29 June 2011

Adaptasi A la Homo Sapiens dan Elang

hewandidunia.blogspot.com
Kita semua pasti pernah mengalami kondisi baru, jauh dari kondisi yang biasanya kita akrabi. Seperti saat memasuki tempat kerja baru atau sekolah baru. Kita sangat paham bagaimana rasanya. Lingkungan baru, orang-orang baru yang belum kita kenal, situasi baru, dan pastinya pula masalah baru. Deg-degan, perasaan tidak nyaman, khawatir, nanti jangan-jangan, pergi pergi saja, takut dicueki, takut ditindas, takut tidak mampu, dan aneka rasa tidak nyaman yang lain.
Untuk sebagian orang, berada di lingkungan dan orang baru mungkin tidak ada masalah sebab mereka adalah golongan manusia yang cerdas interpersonal. Golongan manusia ini adalah mereka-mereka yang bisa dengan sangat mudah bergaul dengan orang baru di lingkungan yang baru pula. Mereka memiliki kepercayaan diri yang kuat bisa memasuki lingkungan apapun sebab ketrampilan berinteraksi dengan orang lain.
Bagaimana dengan golongan individu yang lain ? Nanti dulu.
Bila ada golongan yang mudah sekali masuk ke dalam lingkungan baru, pastinya juga akan ada golongan yang cukup sulit masuk ke dalam lingkungan baru. Mereka biasanya akan terlihat kaku dan aneh pertama kali. Waktu yang diperlukan untuk nyambung klik pun cukup lama. Hal ini kerap terjadi karena mereka melakukan observasi dulu dengan lingkungan barunya. Mencoba mengenali dulu bagaimana warna dan corak lingkungan baru yang akan dihadapi sekaligus ragam orang-orangnya.
Proses penyesuaian pun berbeda-beda. Baik rentang waktu, cara bergaul, atau juga strategi yang digunakan. Tidak jarang dalam proses penyesuaian tersebut terjadi friksi-friksi sebab perbedaan kebiasaan yang dibawa dengan kebiasaan di lingkungan barunya.
Bagaimanapun kondisinya, sebagai homo sapiens, manusia dirancang untuk mampu menyiasatinya.Perbedaan – perbedaan tersebut dimengerti dan dipahami sehingga terjadilah proses adaptasi.
Adaptasi diartikan secara harfiah adalah kemampuan untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada.  Hanya saja, kerap proses adaptasi yang tak jarang menyakitkan dan berdarah-darah sering terlupakan. Kita hanya fokus pada hasil dari adaptasi.
Cerita tentang burung elang yang bisa berusia lebih dari 70 tahun ini bisa kita jadikan refleksi. Cerita ini saya dapat dari milist umar kayam.
Untuk mencapai usia itu, ada proses adaptasi yang harus dijalaninya. Pilihannya hanya dua ; menjalani proses yang menyakitkan atau mati. Di usia 40 tahun itu, elang harus mengucilkan diri selama 150 hari untuk mematukkan paruh tajamnya ke karang sampai patah dan menunggu paruh yang baru. Elang juga harus mencabuti cakar-cakarnya agar cakar yang baru keluar. Bulu-bulu elang pun semua rontok diganti bulu yang baru. Selama proses itu, tidak ada yang tidak menyakitkan.
Kembali kepada kita, para homo sapiens ini. Lingkungan dengan orang-orang baru yang akan kita temui, akankah hanya bisa disikapi dengan mengeluh saja atau ada proses adaptasi meski menyakitkan. Kita sendiri yang memilih.
Kerap memang adaptasi memaksa kita untuk menurunkan ego dan keinginan diri juga perubahan perilaku. Namun bila semua itu membawa ke sebuah harmoni yang menyenangkan, mengapa tidak ? Tidak perlulah ngotot dengan ide sendiri bila ujung-ujungnya menimbulkan konflik tak berkesudahan. Berbeda pendapat dan diskusi memang fitrah homo sapiens. Tidak perlu dihindari atau malah dipungkiri.Mari kita hadapi dan tempuhi saja. Sesakit apapun sebuah proses, bila kita yakin maka akan membuahkan sesuatu yang membanggakan.
Selamat datang di lingkungan baru. Welcome to the new world.


2 comments:

  1. Berproses sll menyakitkan dan melelahkan. Jd ingat parodix Samuel Mulia "Tumpul" untuk runcing kita harus berani berdarah-darah dan menanggung kesakitan serta derita. Bila kita memilih tumpul ya lain lagi ceritax. Namun seringkali kita memilih runcing dengan instant. Sayang tongkat sihir, jin pengabul keinginan dan benda magic lainnya g gampang didapatnya.

    ReplyDelete
  2. Jin pun tidak gratis dalam memberi yang instant :-) Tengs dukungan dan keluangan waktu untuk selalu membukai dan membacai tulisan saya :-)

    ReplyDelete