Pages

Sunday 29 May 2011

Shifting

Pernahkah mendengar seperti ini ;

”Aduh, kaku sekali orang itu. Susah bicara dengannya, maunya menang sendiri!”

Atau seperti ini ;

”Dasar genit, maunya tampil melulu. Tidak sadar kalau penampilannya berantakan!”

Mungkin juga seperti ini ;

”Pusing! Bicaranya berputar-putar tak jelas!”

Bahkan begini ;

”Payah, tidak punya inisiatif sama sekali!”
blogger.com

Mungkin gerutuan ini pernah kita dengar atau malah kita ucapkan terhadap seseorang. Mungkin juga gerutuan itu dari orang lain mengkomentari sikap kita. Mengapa gerundelan itu muncul ? Banyak alasannya. Salah satunya adalah ketidaksepakatan akan sikap yang ditunjukkan seseorang kepada kita atau sebaliknya.

Sebenarnya apabila kita memahami sikap-sikap tersebut adalah hasil dari suatu karakter yang ada pada masing-masing orang, besar kemungkinan kita pun mampu menyikapinya secara lebih bijaksana. Banyak panduan dan teori psikologi yang membahas ragam karakter manusia ini.

Masalahnya adalah bagaimana caranya untuk bisa tahu seseorang tersebut memiliki karakter apa ?

Ternyata caranya cukup mudah. Karakter itu bisa terlihat dari kecenderungan sikap yang kerap dilakukan orang tersebut.

Tadi saya mengikuti semacam pelatihan motivasi yang membahas tentang ragam karakter juga di sekolah. Pelatihan yang awalnya saya ikuti dengan terpaksa sebab jam pelatihan yang mulai dari pukul 15.00 – 21.00 WIB pada hari Sabtu pula. Namun yang mulanya sebuah keterpaksaan itu berubah menjadi menginspirasi (minimal untuk menulis di blog hehehehehe).

Pak Yan, sang pembicara, mengulas dengan cukup menarik ragam karakter manusia ini. Pak Yan memulai dengan sebuah pertanyaan ; Who are you ? Beliau juga mengatakan syarat utama bisa membaca orang adalah mampu membaca diri sendiri. Siapa aku ? Bukan saya Erna atau saya seorang guru. Bukan sekedar nama atau pekerjaan. Bukan itu. Namun inti diri.

Pak Yan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan pancingan untuk memetakan karakter orang berdasar kecenderungan yang dimilikinya. Para peserta di sini hanya diminta untuk jujur dan cerdas sebab kegiatan ini bukanlah berbicara masalah benar atau salah, lebih kepada pengenalan diri saja. Para peserta harus memilih dan bergeser pada posisi pilihan jawabannya yang 'aku banget'. Cukup seru dan kadang, saya temui situasinya hampir mirip ketika kita mengajar di dalam kelas. Ada yang tiada berhenti bicara, serius mendengarkan, santai saja, atau mengamati. 

Singkat kata, terbagilah para peserta pelatihan ke dalam empat kelompok. Yaitu tipe I (informal dominan), tipe II (formal dominan), tipe III (formal easy going), dan tipe IV (informal easy going).

Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
  1. tipe I
-          suka sekali tampil ke depan, pandai berkomunikasi, susah diatur, kreatif,   imajinatif, dan berisik
  1. tipe II
-          pengatur, taat aturan, kaku, inisiatif tinggi, kurang sabar, dan mandiri
  1. tipe III
-   pengatur strategi, cermat, bicaranya berputar-putar, tenang, dan pemikir
  1. tipe IV
-          sabar, suka damai, kurang inisiatif, tergantung pada orang

Keempat tipe ini mengingatkan pula saya kepada empat macam karakter manusia menurut Florence Littauer sebab memiliki kemiripan yang kental, yaitu ;

  1. tipe sanguis = (tipe I)
  2. tipe coloris = (tipe II)
  3. tipe melankolis = (tipe III)
  4. tipe plekmatis = (tipe IV)
Bagannya kurang lebih seperti ini (maklum, di pelatihan kali ini tidak ada perkenan untuk mencatat hehehehehe)
 



Sebenarnya karakter seseorang, seperti yang Pak Yan katakan, adalah anugerah Tuhan. Kita tidak bisa mengubahnya meskipun ingin. Sekeras apapun usaha kita, kecenderungan kita memang seperti itu adanya sebab Tuhan pasti memiliki maksud dengan perbedaan-perbedaan ini.

Bila diandaikan sebuah mobil, ada yang menjadi kemudi juga gas (tipe II), ada yang menjadi lampu tanda dan rem (tipe III), ada yang menjadi knalpot (tipe I), dan ada yang menjadi radiator (tipe IV). Semua tipe ini bila bisa disatukan dalam satu kerja sama, akan mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Saling melengkapi. Bayangkan saja kalau mobil itu tidak memiliki knalpot, apa yang terjadi atau tidak memiliki rem. dapat ditebak kecelakaan akan banyak terjadi.

Namun, meskipun karakter seseorang sulit atau bahkan tak bisa diubah, namun sebagai makhluk berakal, kita harus mampu menyiasatinya. Pak Yan menggunakan kata shifting atau bergeser dalam penyiasatan ini. Tipe I mungkin sekali untuk memperbaiki kekurangannya sesekali bisa bergeser ke sikap pada tipe II atau tipe IV yang jaraknya memang dekat. Mengharapkan tipe I bisa bergeser ke tipe III cukup sulit. Begitu pun dengan tipe yang lain. Bergeser. Untuk menemukan sebuah keseimbangan dalam hidup ini sebab hidup toh tidak melulu berisi salah dan benar, hitam dan putih saja.

Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik.






2 comments:

  1. Man 'arofa nafsahu faqod 'arofa robbahu.
    for me, shifting can be done to any other, because all of them are representing FAST (Fathonah, Amanah, Shidding and Tabligh), we must be able to do all of them as it is sunnah rasul.

    ReplyDelete
  2. Ah ya, terimakasih tambahannya. Semoga kita bisa meneladani.

    ReplyDelete