Pages

Monday 16 May 2011

Sampah Seminar

Hari senin yang cukup lega. Sebagian orang (terutama pegawai negeri di negeri ini) libur sebab cuti yang dipaksakan. Jalanan pun lenggang. Polantas yang biasanya cukup banyak terlihat di setiap perempatan jalan juga tidak tampak bertugas. Perjalanan saya ke kampus Ketintang untuk mendengarkan orasi pendidikan dari Pak Arif Rachman bersama seorang teman menjadi sangat lancar.
setelah kenyang,sampah berserakan

Memasuki area kampus, saya menemui suasana berbeda dari yang biasanya. Bukan lagi anak-anak sekolah dasar, namun civitas akademika, para mahasiswa. Yeah...cukup membawa aroma baru.

Memasuki gedung serba guna kampus tersebut, sudah banyak yang datang. Kami dapat tempat duduk baris ketiga dari belakang. Waduh, tidak enak nih posisinya. Saya celingukan mencari kursi kosong di baris agak depan begitu juga dengan teman saya. Ah... sayang tidak terlihat ada kursi kosong. Hebat nian bapak pengamat pendidikan satu ini. Dimana pun beliau menjadi pembicara, selalu banyak audiensnya.


Mengikuti orasi pendidikan yang hanya berdurasi satu setengah jam cukup membuka wacana baru. Pak Arif dengan sederhana mampu membuat yang hadir (kebanyakan mbak dan mas mahasiswa serta bapak ibu guru) berpikir ulang tentang hakekat pendidikan. Hm...

Namun usai Pak Arif pergi, dan ketika semua audiens yang kebanyakan civitas akademika itu beranjak, ada yang terlihat aneh. Kotak roti yang menjadi makanan kecil pada peserta tersebar diantara kaki kursi. Juga gelas plastik air mineral. Ditinggalkan pemiliknya setelah tandas semua isinya.

merana
Padahal saya yakin bila ’para terpelajar’ tersebut semua tidak buta aksara. Di tembok ruangan setiap 20 meter, ada slogan jagalah kebersihan. Slogan yang akhirnya pun merana karena tak lebih sebagai pajangan. 

Apa susahnya membawa sampah sendiri keluar dan membuangnya pada tempatnya ? Kita, para dewasa, kerap menganjurkan anak didik untuk selalu menjaga kebersihan.  Namun apa yang kita lakukan ?

Seorang murid saya ada yang menanyakan mengapa jalanan di Singapura sangat bersih ? Sebab orang Singapura berdisiplin dalam membuang sampah pada tempatnya, jawab saya. Lalu apakah Indonesia bisa sebersih Singapura ? Bisa, asal ananda membuang sampah pada tempatnya.  

Bila ‘para terpelajar’ negeri ini untuk membuang sampah pada tempatnya saja sangat susah, lalu apa yang bisa kita harapkan pada generasi selanjutnya ? Akan sangat kecewa generasi seperti murid saya yang mendambakan negerinya bersih bukan ?  


No comments:

Post a Comment