Pages

Monday 28 March 2011

Kegemaranpun Ditumbuhkan

secangkir kopi
“Ah…! Raja Sarkon kaget bukan kepalang mengetahui suara emasnya hilang. Dia terlihat panik. Berjalan mondar-mandir di kamarnya. Padahal hari itu dia harus berbicara di depan semua rakyat. Bagaimana ini?” Sebuah cerita yang saya bacakan kepada murid-murid kelas satu di sela-sela jam belajarnya.

Mereka terlihat tenang dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh sekaligus terkesima. Kenyataan bahwa setiap kali saya selesai bercerita, mereka kemudian berusaha untuk membaca atau meminjam buku ceritanya di perpustakaan inilah yang mendorong saya untuk sebisa mungkin bercerita seminggu dua kali. Bagaimanapun, sebuah kegemaran itu tidaklah datang tiba-tiba, namun ditumbuhkan dengan sebuah kebiasaan. Termasuk kegemaran akan membaca.

Senang membaca akan dimiliki seorang anak bila lingkungannya mendukung untuk itu. Di usia awal sekolah dasar (kelas satu), anak akan meniru apa yang mereka lihat di sekitarnya baik itu orang tua, guru, atau teman.
Sebagai orang tua, alangkah bijaknya bila meluangkan waktunya untuk menemani anak-anak membaca buku. Mendiskusikan tentang bacaan yang disukai mereka dan menanyakan tentang pendapatnya mengenai buku tersebut. Hal ini selain mempererat hubungan orang tua dan anak, sekaligus juga memperkaya kosakata dan pemahaman anak.

Tanggapan dan Argumentasi

Ketika mereka selesai membaca, berilah waktu untuk anak-anak mengatakan apa yang dirasakannya tentang cerita tersebut. Bila pendapatnya jauh dari cerita yang dibacanya, apa boleh buat. Namanya juga belajar. Akan banyak pertanyaan khas anak-anak yang keluar baik itu tentang rasa takut, keinginan, ataupun pandangan mereka. Sebagai orang tua, kadang memang akan terasa melelahkan menanggapi pertanyaan yang kadang tak ada habisnya, namun jangan dilupakan bahwa anak-anak kita sedang belajar memahami sesuatu melalui apa yang mereka baca.

Belajar membaca sekaligus belajar memandang sesuatu. Mengapa ? Pada proses membaca, anak belajar mencermati peristiwa dan menghubungkan dengan peristiwa yang lain, belajar akan konsekuensi, dan cara menyelesaikan masalah sekaligus juga mengenal perasaan yang ada mengenai sebuah kondisi. Di saat ini, anak juga belajar mengatakan apa yang dirasakan baik secara lisan dan tidak akan menutup kemungkinan ke depannya akan mampu mengungkapkannya melalui tulisan.

Kemajuan anak membaca bergantung kepada kita, orang tua, bagaimana menumbuhkannya. Sejak mereka mampu membaca sebuah cerita, sebaiknya luangkanlah waktu bersama. Tumbuhkan keinginan mereka untuk menceritakan dan memberikan pendapat terhadap apa yang baru saja dibacanya. Kita bisa memulainya dengan menggunakan kata sukakah kamu atau tidak sukakah kamu.

Kadang, anak-anak ingin juga memberikan pendapat mereka tentang buku yang baru saja dibacanya melalui cara selain berbicara. Kita bisa menghadiahi sebuah buku catatan khusus yang bisa digunakan untuk menulis atau apapun tentang buku yang mereka baca. Di buku tersebut, mereka bisa melakukan apapun seperti menulis, atau menggambar tokoh-tokohnya, mengumpulkan foto atau gambar tentang ulasan buku tersebut dan lainnya. Pada awalnya, mereka pasti membutuhkan bantuan kita, orang tua, pada proses pengisian ini. Namun lama kelamaan, mereka akan terbiasa dan bisa bereksplorasi sehingga tidak mustahil buku tersebut akan mewujud menjadi sebuah buku harian yang akan menyenangkan dibuka kembali saat mereka dewasa kelak.

2 comments:

  1. Efek lagi dari suka membaca adalah malas...ini jg hrs dibahas...

    ReplyDelete
  2. Sebenarnya kita membahas pada masa awal kegemaran membaca pada anak-anak. Saya rasa bila anak gemar membaca, akan sangat bagus ke depannya. Tetap aktivitas membaca ini ada masanya, di usia dewasa, membaca tetap diperlukan namun tidak terbatas membaca buku tetapi juga membaca keadaan dan pasti sebagai orang dewasa akan ada piliha-pilihan dalam menyikapi kegemaran membaca ini :-)

    ReplyDelete