Pages

Monday 28 March 2011

Buku Komik, Mengapa Tidak ?

secangkir kopi

“Selamat pagi, Cik Gu!” sapa murid-murid saya dengan logat melayu yang kental meniru aksen bicara pada film animasi upin dan upin. Kadang saya menjawab dengan logat yang sama, dan mereka pun tertawa-tawa senang. Di lain waktu, ada murid saya yang bersenandung dengan cukup lancar soundtrack  dari sebuah film kartun. Tidak dipungkiri memang di usia mereka (kelas 1), masa merekam semua hal yang ada di lingkungan sekitarnya sangat cepat mereka lakukan.

Sebagai guru, sepanjang masih positif bagi murid-murid, saya biarkan mereka bereksplorasi dengan semua tokoh kartun kesayangannya. Seperti misal pada pemilihan nama kelompok di 3 bulan terakhir kelas satu ini. Yang muncul adalah nama-nama tokoh kartun. Mereka sedikit memodifikasi dengan menambahkan keterangan di belakang nama-nama itu  seperti Naruto gembira, hallo Kitty Happy, Tom and Jerry Funny, dan Doraemon pintar. Cukup kreatif di tataran usia tujuh tahun.

Kegemaran akan film kartun tidak sebatas melihatnya di televisi saja. Di sekolah, saya mengadakan perpustakaan kelas dimana murid-murid membawa buku bacaan dari rumah dan diletakkan selama seminggu di kelas untuk dibaca bersama. Banyak dari mereka membawa buku komik upin ipin dan power puff girl juga donald bebek atau doraemon dan hai miiko.

Pada pembejaran pada kegemaran membaca, semua buku komik yang dibawa anak-anak saya perbolehkan namun tetap diawasi sebab tidak semua buku komik sesuai dengan usia mereka.

Dulu, buku komik memang masih dipandang sebelah mata oleh banyak kalangan namun seiring dengan perkembangannya, komik sekarang menjadi bagian dari jenis buku yang digemari dan dicari terutama oleh anak-anak.

Kita lihat saja bagaimana ekspresi mereka ketika membaca buku komik baik saat sendirian atau bersama-sama teman. Mereka tertawa, tersenyum, kadang juga berdebat karena buku komik yang dibacanya. Singkatnya mereka menikmati membacanya.

Mengapa mereka suka membaca komik ? Tak dapat dipungkiri bahwa buku komik lebih ekpresive dibandingkan jenis buku yang lain. Buku komik memuat banyak gambar-gambar yang kaya ekspresi dengan seni yang cukup bagus. Selain itu, bahasa yang digunakan juga bahasa sehari-hari namun cukup memenuhi aturan dari kaidah bahasa. Pada buku komik, kerap anak-anak lebih mudah membayangkan peristiwa yang terjadi karena bantuan gambar-gambar yang ada.  

Kegemaran membaca buku komik pada anak juga tidak bisa dikatakan remeh. Bagaimanapun, membaca buku komik memiliki seni dan kerumitannya. Anak-anak belajar membaca komik dengan memahami gambar yang ada, mengerti pula akan percakapan tokohnya, sekaligus membayangkan rangkaian ceritanya. Tidak mudah juga bagi mereka.

Sebagai orang tua, tugas kita adalah menfasilitasi dan mengarahkan kegemaran anak-anak. Dari kesukaan membaca buku komik, dan seiring dengan kemampuan membaca yang semakin bagus, mereka akan menyukai pula aktivitas membaca. Dari rasa suka membaca ini, sedikit demi sedikit anak-anak pun akan mulai mengarahkan kegemaran membacanya tidak hanya sebatas pada jenis komik saja, namun bisa jenis yang lain (novel, majalah, atau jurnal). Namun bila anak-anak kita hanya suka membaca komik saja, janganlah kemudian terlalu dipermasalahkan sebab membaca komik pun adalah wujud dari gemar membaca.

.

No comments:

Post a Comment