Pages

Thursday 21 June 2012

365 Senyum di 365 Hari


Keputusan itu akhirnya saya dapatkan. Kembali menjadi guru kelas 1 di tahun pelajaran depan. Hm… bertemu dengan warga baru di sekolahku. Yang masih imut, lucu, dan malu-malu karena masih harus beradaptasi dengan lingkungan barunya, sekolah, guru, dan teman. 
Wah, kira-kira mampu tidak ya kembali di kelas 1 ? Sedikit deg-degan juga. Setahun dengan anak-anak di kelas 2 yang bisa dibilang lebih stabil untuk kemandirian maupun emosinya, di titik tertentu membuat tantangan tersendiri ketika harus kembali di kelas 1. Ah, pasti bisa. Itu kata teman guru saya. Toh sudah pernah di kelas 1 dulu. Hm…

Kelas baru, murid baru, situasi baru, kurikulum baru, sistem baru, memang cocok menjadi ajang menambah pengetahuan. Pasti seru. Banyak cerita dan pengalaman yang akan terjadi. Banyak bahan pula untuk ditulis di blog nantinya hehehehehe.


Namun masih ada saja yang mengganjal di pikiran saya, PR yang masih saja belum bisa tertuntaskan secara maksimal. Padahal pekerjaan rumah itu sudah saya dapatkan hampir tiga tahun silam. Tapi ternyata belum juga bisa saya selesaikan. Meski sesungguhnya, kalau boleh berterus terang, saya sudah ‘lebih lumayan’ daripada ketika awal menjadi guru di sekolah ini. Sudah tidak serius terus wajahnya. Hehehehhe, sedikit curhat jadinya.

Sudah bisa menebak PR yang belum saya tuntaskan ? Ya, benar. Berwajah lebih santai dan tersenyum. Tidak selalu serius terus. Smile every day. 365 senyum dalam satu tahun. Menjadi guru di anak usia dini harus terlihat selalu tersenyum agar mereka tidak takut. Agar mereka lebih mudah beradaptasi dan nyaman dengan kita.

Saya sepakat dengan pemikiran di atas. Senyum sangat penting. Namun menuntaskan tugas tersebut dengan maksimal perlu pula perjuangan ekstra dari saya pribadi. Termangu siang itu di ruang tengah sambil memikirkan tentang wajah yang selalu tersenyum, tak sengaja di sebuah stasiun televisi inspirasi Indonesia ada ulasan singkat tentang mesin pendeteksi senyum di Jepang (ah, negara yang selalu inovatif dan mengagumkan ini).

Di sebuah perusahaan kereta api, semua pegawai sebelum mulai bekerja, wajib mendeteksi senyuman mereka di sebuah mesin. Akan terlihat apakah senyum mereka sudah maksimal atau belum. Bila belum, aka nada tips yang bisa digunakan untuk membuat senyuman lebih baik. Baru bila senyuman mereka dinyatakan ‘bagus’ oleh si mesin, para pegawai itu diijinkan untuk memulai aktivitasnya. Berdasarkan survey perusahaan, cara ini cukup efektif membuat para pengguna layanan kereta api puas dengan pelayanan pegawai kereta api yang terlihat lebih ramah dan mudah tersenyum.

Menarik bukan ? Andai mesin senyum itu ada di Indonesia. Ada di sekolah saya. Akan sangat membantu sekali hehehehehe. Tetap semangat. Mari selalu tersenyum. Memulai hari dengan senyum. Menanggapi hal sedih, konyol, kadang di luar batas pun dengan senyum. Senyum yang mendamaikan tentunya. Senyum penyemangat dan dari hati bukan sekedar sebagai penghias wajah saja. Selamat tersenyum. Semoga dunia menjadi lebih tenteram dengan banyaknya senyuman di wajah-wajah kafilah bumi ini.

No comments:

Post a Comment