Pages

Wednesday 8 February 2012

Ketika Balok Besar Masuk Kelas

bermain bersama yuk !
Time is up, kata saya kepada anak-anak. Segera saja mereka tanpa protes membongkar bangunan yang dibuat. Merobohkan susunan balok sambil bersorak seru seakan melihat pesta kembang api saja. Baru kemudian memasukkannya ke dalam kotak.

Di kelas, sengaja memang saya memasukkan balok susun ini. Melihat anak-anak yang cenderung bergerak dan senang bermain rancang bangun, daripada mereka berlarian tak tentu arah, maka balok menjadi pilihan di waktu istirahat.

Dulu, balok yang saya bawa hanya balok kecil. Itu pun hanya  satu keranjang. Di semester dua ini, saya memasukkan satu kotak besar balok. Melihat ukurannya, memang cukup rawan. Apalagi bila tanpa sengaja jatuh dan mengenai tubuh. Pasti sakit.


Namun saya percaya anak-anak. Sebelumnya memang ada aturan yang kami bahas bersama. Dibahas satu per satu. Bagaimana cara mengambil, bermain, dan mengembalikan balok tersebut ke dalam kotaknya. Anak-anak kelas dua sekolah dasar memang anak-anak di usia perkembangan, namun mereka pun telah mampu diajak berbicara dan mulai mengenal konsekuensi.

Berbicara tentang aturan bukan berbicara masalah takut kepada bu guru dan kena sanksi Berbicara tentang aturan lebih kepada pemahaman akan akibat yang terjadi bila aturan itu dilanggar. Akan banyak kerugian yang terjadi. Mungkin ada yang terluka, menangis, sedih, dan tak bisa bermain balok lagi.

rancangan bersama
Ukuran balok yang besar membuat saya mencontohkan bagaimana meletakkan balok kembali ke kotak, yaitu balok diletakkan bukan dilempar. Lalu menyusun balok hanya boleh ditumpuk maksimal 3 sebab bila melebihi akan berbahaya kena teman saat roboh. Itu pun saya praktikkan agar gambaran anak-anak lebih jelas. Contoh kongkret masih diperlukan untuk anak-anak di kelas dua sekolah dasar. Yang pasti juga, bermain balok adalah berbagi dengan yang lain, siapapun boleh bermain sebab balok milik bersama.

Senangnya melihat anak-anak mampu memahaminya. Mereka pun menikmati menyusun balok-balok tersebut. Kreatif dan lebih bervariasi. Mulai dari kastil dengan sungai tembok dan buaya, landasan pesawat terbang, stadion balap mobil, sampai restoran. Seru imajinasinya.  Ketika ada anak yang kebetulan tidak masuk saat kami membahas aturan bermain balok mengembalikan balok dengan dilempar, beberapa anak segera mengingatkan lengkap dengan bahayanya. Tutor sebaya kecil muncul. Anak yang diingatkan pun mau menerima.

merapikan balok besar bersama
Hampir sejak balok besar masuk kelas, mereka akan menanyakan kapan boleh bermain balok. Sebisa mungkin memang ada waktu bermain untuk mereka sebab bagaimana pun mereka masih sangat membutuhkannya. Murid-murid saya sangat senang bermain namun cukup paham pula ketika permainan itu harus berhenti dan berganti kegiatan yang lain.

Terlihat bagaimana anak-anak di usia perkembangan ini pun mampu menunjukkan tanggung jawab yang diberikan. Bermain adalah kebutuhan mereka. Memberikan waktu bermain, berati memberi banyak kesempatan mereka belajar hal-hal positif. 


Meski pengawasan dan bimbingan tetaplah mutlak diberikan sebab kadang mereka pun belum tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mereka adalah para pengemban ingin tahu yang akan mencoba dan belajar apapun di sekitarnya. Membiarkan anak-anak bermain tanpa pengawasan akan memungkinkan mereka melakukan hal-hal di luar dugaan yang kemudian membuat para dewasa mencap sebagai anak nakal. Bila itu terjadi, sungguh tidak adil untuk mereka bukan ?
meletakkan balok

No comments:

Post a Comment