Pages

Tuesday 16 August 2011

Maaf Bu, kata cowok cewek itu tidak sopan (dirgahayu Indonesia)

ekspresi cinta Indonesia dari anak
Bergaul dengan anak-anak terutama di usia dini seyogyanya kita pun bisa berlaku bijaksana. Bijaksana dalam banyak hal. Termasuk pada penggunaan bahasa. Sebab mereka (sekolah dasar) adalah usia yang mulai belajar mengenal lingkungannya.

Cukup memprihatinkan melihat bagaimana banyak anak-anak sekarang yang pemakaian bahasanya (bahasa indonesia) karut marut. Mereka lebih mengenal bahasa-bahasa prokem  yang tak baku seperti loe, gue, rempong, kesel, sialan, cowok, cewek, ngapain, dan seterusnya. Pernah saya pun mendengar, ”Apa loe liat-liat ?” dari seorang anak kecil. Terdengar kasar dan memprihatinkan. Entah ia dapat kata-kata itu dari mana. Saya pun ragu ia memahami makna dari kata-katanya.


Padahal anak-anak usia sekolah dasar itu adalah anak-anak yang sedang belajar berbahasa. Mereka akan dengan cepat menyerap semua bahasa baru yang didengar. Bila mereka menyukainya, akan digunakan berkali-kali.

Sayang bila mereka hanya mengenal bahasa-bahasa yang tidak baku dan cenderung kurang formal dan kasar sebab akan kesulitan ketika berada dalam situasi yang mengharuskan anak-anak menggunakan bahasa indonesia yang benar.

Pembiasaan berbahasa yang baik ini juga saya terapkan pula kepada murid-murid. Bila ada anak yang menggunakan bahasa-bahasa kurang pas, sebisa mungkin saya benarkan dan memintanya menirukannya kembali.

Seiring berjalannya waktu, anak-anak pun terbiasa berbahasa yang baik. Bila ada anak yang ketahuan menggucapkan kata-kata yang cenderung kasar dan menyakiti teman seperti bodoh, goblok, juara paling buncit, mereka pun telah bisa mengingatkan atau bilang kepada gurunya. Sebagai konsekuensi biasanya saya terapkan mengucapkan kalimat toyyibah sebanyak sepuluh kali. Sedikit memerlukan kerelaan untuk repot memang. Namun bila untuk kebaikan anak-anak, saya rasa perlu dilakukan. Kuncinya hanya satu. Sabar dan konsisten.

Suatu kali pernah saya dapati seorang murid yang mengingatkan teman guru lain. Teman guru ini mengatakan kalau cowok harap baris di sebelah kanan, dan cewek di sebelah kiri. Spontan ada anak yang mengangkat tangan, ”Maaf Bu, kata cowok cewek itu tidak sopan.” Kontan teman guru menyadari kekeliruannya dan menganti menjadi anak perempuan dan anak laki-laki.

Bagaimana pun, bahasa menunjukkan bangsa. Perlu kita berbangga dan menunjukkan bagaimana bahasa indonesia itu sebenarnya. Teringat beberapa teman berkewarganeraan Prancis yang sangat bangga dengan bahasanya meski terdengar seperti orang sakit pilek saat mengucapkannya.  Walaupun mereka paham bahasa inggris, namun tetap memilih menggunakan bahasa negaranya sendiri.

Bagaimana dengan kita, bangsa Indonesia ?

Dirgahayu Republik Indonesia.

2 comments:

  1. Untuk membunuh sebuah bangsa, bunuhlah dulu bahasanya. Bangsa yang kehilangan bahasa adalah bangsa yang kehilangan identitas. Bangsa itu kemudian melebur dalam diri budaya bangsa lain yang lebih besar. — Agustinus Wibowo dalam Garis Batas
    semangat! insyaallah akan ada hasil dari sabar dan konsisten. semoga bangsa Indonesia tidak akan kehilangan identitas. Amin. :)

    ReplyDelete
  2. Amin, semoga ya. Tidak tergerus dengan kecenderungan untuk mahir menggunakan bahasa asing dan meninggalkan bahasa ibu :-)

    ReplyDelete