Pages

Tuesday 7 June 2011

Kecenderungan

online-storeku.co.cc

Tanggal gajian. Banyak wajah terlihat segar dan cerah. Pusat perbelanjaan ramai dikunjungi orang. Semua berbelanja. Tak jarang terlihat antrian mengular di depan kasir. Membeli aneka macam kebutuhan selama satu bulan. Sering saya pun diajak teman-teman di tanggal gajian untuk melihat-lihat. Baju, kerudung, aksesoris, sepatu, atau pun sekedar duduk di rumah makan. Saat-saat yang penuh godaan.

Bersyukur saya memiliki orang tua yang sangat ketat dalam mengatur keuangan. Saya adalah anak yang gemar berfoya istilah beliau. Diantara lima bersaudara, saya adalah yang senang sekali makan di luar alias jajan. Padahal aturan di rumah tidak membiasakan jajan di luar kecuali saat-saat istimewa (ada tamu hehehehe). Masakan rumah, apapun jenis dan rasanya, wajib dinikmati.


Dulu, saya sering memberontak. Tetap saja ingin jajan meski sudah makan di rumah. Untunglah, ibu merupakan sosok tegas dan tak lentur oleh rengekan. Saya tidak diberi uang untuk jajan.

Untuk urusan baju atau sepatu pun orang tua saya memiliki cara sendiri. Ayah suka sekali membelikan sesuatu yang bagus meski sedikit mahal. Model adalah pertimbangan ketiga setelah kualitas dan harga. Hal itu sangat menjengkelkan.

Seperti sepatu yang pernah saya miliki. Ketika teman sekolah sudah berganti sepatu dua atau tiga kali, sepatu saya masih baik kondisinya dan masih bisa bertahan beberapa tahun lagi. Pastilah ayah tidak perlu membelikan yang baru meski menurut saya modelnya kadang tidak keren.

Begitu pula dengan baju. Pernah saya membuka album foto dan mendapati saya memakai kaos yang sama ketika berfoto dengan teman-teman di kelas enam sekolah dasar dan ketika duduk di kelas tiga sekolah menengah. Kaos legendaris saya istilahkan. Dengan garis-garis biru yang hampir semua orang tahu kalau itu milik saya sebab terbiasa dengan kaos itu di badan.

Pernah saya memberanikan diri mencoba meminta yang baru dengan alasan bosan dan ingin seperti teman-teman yang barangnya baru. Orang tua saya tetap menggeleng dengan mengatakan itu adalah pemborosan. Saya tetap terlihat menarik meski barangnya tidak baru.

Alih-alih mengiyakan permintaan saya, mereka menyodorkan setumpuk majalah ”Kuncup” untuk saya baca. Banyak cerita bagus di sana yang bisa saya contoh, kata ibu dulu. Membaca. Mendisiplinkan tubuh untuk duduk tenang dan membaca.

Masa yang menjengkelkan itu ternyata membawa hal positif sekarang saat saya dewasa. Pembelajaran akan menghargai barang yang dimiliki dan tak mudah tergoda dengan yang baru. Saya mendapati kalau tidak mudah tergoda akan barang-barang meskipun teman-teman sibuk memilih dan membeli. Hidup memang pilihan. Semoga apapun yang kita pilih adalah yang terbaik untuk setiap langkah kehidupan itu sendiri.








No comments:

Post a Comment