Pages

Wednesday 22 June 2011

Eksistensialisme Remote Control TV


Baru saja saya selesai membaca Affair milik Seno Gumira Ajidarma. Terlambat tujuh tahun dari tanggal penerbitannya namun tidak apa-apalah daripada tidak membaca hehehehe. Berbicara tentang Jakarta. Kumpulan artikel-artikel Seno yang sebagian besar dimuat secara berkala di Djakarta. Menarik. Membahas tentang Jakartensis. Meski sebenarnya hampir sebagian besar tema yang diangkat mirip-mirip dengan kehidupan bukan saja Jakartensis seperti kata Seno, namun juga Surabayanensis, Manadonensis, Medanensis, Jogjanensis, dan kotanensis yang lain.
istockphoto.com

Saya bukan mau membuat resensi tentang bukunya Seno. Namun ada satu artikel menarik di buku itu yang membuat saya terkekeh-kekeh. Cocok sekali dengan yang saya alami dan mungkin juga beberapa dari kalian mengalami juga.


Artikelnya ada di halaman 163 (pembuktian langsung kalau saya membacanya hehehehehe). Judulnya remote control dan tv. Kalimat pembuka yang membuat saya terkekeh teringat masa lalu saat masih getol dengan gaya seorang Descartes. Kalimat pembuka Seno itu adalah ; Aku memegang remote control, karena itu aku ada.

Apa yang ada dalam bayangan kita bila mendengar kata remote control ? Banyak di kita yang akan membayangkan benda kotak berisi gambar berwarna-warni bernama televisi, beberapa yang lain membayangkan ac, sedikit yang lain tape mungkin atau beberapa benda yang lain.

Kata-kata awal Seno tentang aku memegang remote control, karena itu aku ada membuat saya teringat seseorang yang bisa tahan berjam-jam di depan televisi. Ragam acara di jam berapa pun dan di stasiun televisi manapun, dia ingat semua. Hak dia memang dan tidak masalah.

Yang menjadikannya masalah adalah bila sudah duduk di dekatnya dan kebetulan di depan televisi dan kebetulan lagi dia yang memegang remote control. Pelajaran untuk bersabar akan mulai terngiang di telinga saya. Kegemaran mengganti-ganti tayangan dengan hanya bermodal memencetkan telunjuk pada remote control yang ditanggungnya demikian akut. Sampai pusing bila dengan lugunya kita mengikuti melihat kilatan tayangan yang berganti-ganti itu (saya pernah mencobanya).

Entah apa yang dicarinya. Seno mengandaikan bila remote control itu adalah pusat kendali akan dunia, itu artinya teman saya yang memegangnya itu adalah penguasanya. Penentu dunia siaran apa yang akan ditonton. Dalam hitungan detik, perpindahan tempat acara itu terjadi. Dialah penentu. Dialah penguasa. Dia ada.

Siapa pun yang nebeng nonton, harus rela menjadi pemirsa bisu tanpa pilihan dengan resiko menderita pusing jengkel berkepanjangan sebab keberadaannya tidak ada sebab absennya remote control.

1 comment: