Pages

Thursday 24 March 2011

Belajar Bermasyarakat Ala Kelas Satu

secangkir kopi
Menjadi guru sekolah dasar apalagi di kelas satu banyak hal menarik yang membuat saya sering tertegun. Melihat perkembangan dan perubahan murid-murid dari waktu ke waktu. Awal mereka memasuki dunia ‘lebih dewasa’ yaitu sekolah dasar dari sebelumnya taman kanak-kanak. Mencoba berproses dengan perasaan egoisme yang kemudian seiring kedewasaan yang mengiringi dan teman-teman yang lebih beragam, mereka menjadi lebih kompromis…

Ketika anak memasuki usia sekolah dasar, memang banyak hal yang akan berkembang dan berubah. Mereka menjadi sosok-sosok mungil yang lebih mandiri dari biasanya (membawa tas sekolah sendiri misalnya atau mencoba makan mandiri tanpa tercecer), berkurang rasa egoisnya, atau lebih suka berkumpul dan bermain dengan teman-teman barunya. Mereka juga sering memiliki kegemaran baru seperti mencoba menelfon nenek dengan inisiatif sendiri, menulis surat kepada teman, membentuk kelompok-kelompok pertemanan dengan sering tertawa-tawa tanpa jelas alasannya (bahkan juga membentuk kelompok untuk tidak suka kepada seseorang!). Mereka belajar bermasyarakat dengan caranya uniknya sendiri.


Bagi mereka, masa ini adalah ’masa petualangan seru’ : belajar berkompromi dengan yang lain dan dirinya sendiri. Mereka memiliki banyak keinginan sekaligus juga ingin diakui. Mereka belajar untuk mendengar pendapat teman yang lain namun juga ingin didengar pendapatnya. Bukan sesuatu yang mudah memang. Kita sebagai orang dewasa kerap harus bijak dalam memberi jalan tengah pada mereka, memberi usulan sekaligus juga menenggang perasaan mereka.

Pernah dulu ada murid saya yang ngambek sebab merasa teman-temannya tidak mau berteman dengannya. Dia merasa sedih sampai-sampai mau pindah sekolah. Ketika saya mencoba menanyakan apa yang dirasakannya dan mencoba mengusulkan untuk bergabung dengan teman-temannya dan ikut dulu permainannya sebab ternyata persoalannya dia tidak suka dengan permainan teman-temannya dan ingin bermain sesuai inginnya namun teman-temannya menolak. Biasanya mereka menerima usulan seperti ini.

Di masa ini, anak-anak  mulai belajar tentang tenggang rasa dan menghargai perbedaan dengan temannya. Mereka juga mulai belajar bernegoisasi untuk menyelesaikan masalah daripada berkonfrontasi langsung.

Sebagai orang dewasa, kita pun bisa memasuki tahapan proses anak-anak ini dengan menanamkan tatanan kesopanan yang berlaku di masyarakat seperti pengucapan kata terima kasih, permisi, dan silakan. Bagaimana pun, tahapan ini bagi murid kelas satu adalah tahapan penting, awal mereka mencoba hidup bermasyarakat yang sebenarnya.

No comments:

Post a Comment