Pages

Thursday 28 April 2016

Ortu pun Pernah Salah

sini
Sebuah e-mail dari teman, saya terima pagi ini. Bertanya kabar dan mengkomentari aktivitas saya setahun terakhir ini. ‘Keren kamu, bisa move on dari wanita bekerja menjadi ibu rumah tangga. Seru sepertinya hidupmu, tidak membosankan!’

Sejujurnya agak malu membaca isi e-mail-nya. Sebab, saya tidak sehebat seperti apa yang dipikirkannya. Tetap ada saat-saat bosan dan kadang ingin bekerja kembali di luar rumah. Bisa bebas ngobrol dengan teman-teman di kafe tanpa terikat waktu dan memikirkan anak di rumah.

Monday 25 April 2016

Si Bocah dan Hujan

‘Hujan! Boleh menangkap airnya ?’ tanya Si Bocah kegirangan. Saya amati hujannya tenang. Deras namun tidak berangin dan tidak petir. Saya pun mengangguk yang disambut teriakan kegirangannya lari keluar. Dengan riang, dia menangkap air dengan tangannya. ‘Basah!’ serunya sambil tertawa.

Jadi ingat dulu saat pertama kali Si Bocah boleh hujan-hujanan. Ketika itu kami masih di rumah ortu. Si bocah belum genap 2 tahun. Namun, setiap hujan turun, dia selalu tertarik melihat tetesan air yang jatuh. Kepalanya kerap melongok ke pintu. Saya pun akhirnya ajak dia ke teras saat hujan datang. Awalnya, hanya yang tangan mencoba menyentuh air yang turun dari atap. 

Thursday 21 April 2016

Perasaan Aman Bukan Rasa Takut, Ibu

Hujan sangat lebat. Petir menyambar sambung menyambung dengan suara menggelegar. Kulihat Si Bocah cukup tenang. Hanya sesekali melihat ke arah saya lalu kembali meneruskan aktivitas mengguntingnya. Tidak terganggu dengan suara ribut di luar. Saya pun merasa lega.

Dulu, saat hujan dan petir datang, Si Bocah pasti lari mencari saya sambil menutup telinganya minta dipeluk. Kilatan cahaya disusul suara keras bersahut-sahutan membuatnya tidak nyaman dan ketakutan. Saya sendiri ketika baru mendengar petir dan guntur keras sekali juga di kota ini. Awalnya, saya pun merasa tak nyaman. Namun, melihat kondisi Si Bocah yang ketakutan, mau tidak mau saya tepis rasa takut untuk menenangkannya.

Monday 18 April 2016

Tidur Tepat Waktu

 dari sini
‘Yuk, waktunya tidur’, ajak saya kepada Si Bocah ketika jam menunjuk angka 8.’Sebentar lagi’, adalah jawaban yang hampir selalu saya dengar. Jarang sekali langsung mengiyakan. ’10 menit lagi ya.’ Si Bocah mengangguk lalu kembali asyik dengan aktivitasnya. Mendekati 10 menit, saya pun mengingatkan. Tanpa banyak kata, Si Bocah merapikan mainannya kemudian menghampiri saya untuk membersihkan diri bersiap tidur.

Sudah ? Hanya seperti itu ? Tidak ada drama atau cerita seru yang lain ? Iya, hanya seperti itu.

Friday 15 April 2016

Komunitas dan Homeschooling

‘Seru ya, Nda tadi. Teman-temannya banyak!’ kata Si Bocah sepulangnya dari playdate. Wajahnya terlihat senang sekali. Ketika saya bertanya apakah mau minggu depan bermain bersama mereka lagi, dengan semangat dia mengnganggukkan kepala. ‘Mau!’

Sebagai pendatang baru di Kota Depok ini, saya tidak banyak memiliki teman di sini. Kebetulan rumah yang kami tempati juga minim sekali anak-anak sebab kebanyakan para veteran. Jelas, Si Bocah kerap berinteraksinya dengan saya dan ayahnya bila kebetulan sedang di rumah atau orang-orang dewasa yang datang.

Monday 11 April 2016

Bijak Memilih Tontonan Anak

Tontonan Si Bocah
‘Oh, dear!’ adalah kata-kata yang kerap keluar dari mulut Si Bocah belakangan ini. Meniru kata-kata di tayangan yang disukainya, ‘Peppa Pig’. Si Bocah hampir setiap hari melihat film kartun ini melalui youtube.

Film ‘Peppa Pig’ ini banyak memuat tentang hal baik. Nyaris tidak ada hal buruk dalam adegannya. Tidak ada adegan mencemooh, menjelekkan orang, atau pun kekerasan. Semua menyenangkan dan saling menghormati. Bercerita tentang kehidupan anak babi perempuan bernama Peppa Pig bersama adiknya, George, dan kedua ortunya, Daddy Pig dan Mommy Pig. Mereka pun hidup rukun dengan teman-temannya sesama binatang.

Wednesday 6 April 2016

Belajar Berdamai Dengan Perpisahan

Hari ini, Si Bocah kembali belajar berdamai dengan perpisahan. Teman dekatnya selama satu tahun terakhir pindah rumah. Terlihat sekali bagaimana cukup kerasnya dia menahan sedih. Awalnya, Si Bocah tidak mau bertegur sapa seperti biasa. Hanya melihat dari kejauhan. Dari membungkus barang sampai mengangkutnya.

Saya mengawasinya diam-diam. Ikut merasakan sedihnya. Sekali waktu, memeluknya tanpa suara saat dia mendekat. Membalas senyumnya saat dia mencoba meringis. Tapi, Si Bocah akan kembali di depan pintu atau pagar melihat kembali kerepotan pindahan yang dilakukan keluarga temannya.

Di menit terakhir, saat mobil pengangkut mulai beranjak, Si Bocah pun lari ke pagar sambil teriak ‘sampai jumpa’! 

Saturday 2 April 2016

Internet di Keseharian - Catatan Webinar Homeschooling 7

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Sungguh, mereka akan menghadapi masa depan yang berbeda dengan masamu. (Ali bin Abi Thalib)


Pesan indah yang tak lekang dimakan waktu. Selalu relevan bagi kita, para ortu saat mendidik anak-anak meski di zaman teknologi yang berkembang pesat sekarang ini. Tak bisa kita pungkiri, zaman telah banyak berubah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengubah pola hidup kita. Demikian pula dengan anak-anak.

Anak-anak kita, yang lahir di era tahun dua ribuan, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan kita saat masih kecil dulu. Bila dulu, kita mengenal internet misalnya, saat kita sudah usia remaja, anak-anak kita sebaliknya. Mereka mengenal internet sekaligus menggunakannya sejak usia dini. Digital native istilahnya.